Biografi Wiranto - Tokoh Nasional Indonesia
Biografi Wiranto - Tokoh Nasional Indonesia - Wiranto merupakan salah satu tokoh politik dan juga militer Indonesia yang belakangan mencalonkan diri menjadi presiden Indonesia walaupun tidak jadi karena perolehan suara partainya yang kecil. Beliau merupakan purnawirawan TNI dan kini aktif sebagai ketua umum Partai Hanura.
Kehidupan Awal
Wiranto lahir di Jogjakarta pada tanggal 4 April 1947 dari pasangan RS Wirowijoto dengan istrinya yang bernama Suwarsijah. Ayah Wiranto berkerja sebagai seorang guru sekolah dasar sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Saat Wiranto berusia satu bulan, dia dibawa orang tuanya pindah ke Surakarta karena terjadi agresi Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta, Wiranto menyelesaikan sekolahnya hingga dia lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Surakarta.
Setamat SMA, Wiranto melanjutkan studinya dengan masuk ke Akademi Militer Nasional dan lulus pada tahun 1968.
Wiranto menikah dengan Rughaiya Usman, Wiranto dikaruniai 3 orang anak. Namun sayang, Wiranto harus kehilangan putra bungsunya yang meninggal di Johanesburg, Afrika Selatan 29 Mei 2013 lalu karena demam.
Kehidupan Karir
Nama Wiranto mulai menarik perhatian publik saat dia dipercaya untuk menjadi ajudan Presiden Soeharto. Perjalanan karier seorang prajurit tidak terlepas dari faktor dedikasi dan kemampuannya. Demikian halnya karier Wiranto kian menanjak tatkala ABRI memberi kepercayaan kepadanya menjadi Ajudan Presiden RI selama 4 tahun (1989-1993). Suatu masa jabatan Ajudan Presiden yang relatif lama.
Setelah menjadi ajudan presiden, karier militer Wiranto semakin meningkat ketika dia dipromosikan menjadi Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, hingga menjadi KSAD. Pada bulan Maret 1998, Presiden Soeharto kembali menunjuk Wiranto, kali ini untuk menjadi Pangab (sekarang disebut Panglima TNI). Kala itu terjadi pergantian pucuk kepemimpinan nasional dari Presiden Soeharto ke Presiden BJ Habibie. Posisi Wiranto ini tetap dipertahankan hingga era Presiden BJ Habibie.
Wiranto diduga terlibat dalam kejahatan perang di Timor Timur (saat ini bernama Republik Demokratik Timor Leste) tahun 1999. Bersama lima perwira militer lainnya yang diduga terlibat, Wiranto didakwa oleh pengadilan (PBB) ikut terlibat dalam tindak kekerasan pada tahun 1999 yang menyebabkan 1500 warga Timor Timur tewas selama berlangsungnya referendum, jajak pendapat kemerdekaan. Tapi, peradilan Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia menolak untuk menyelidiki perwira dan aparat kepolisian yang dituduh terlibat pelanggaran HAM dalam pembebasan Timor Timur. Penolakan untuk memejahijaukan itu dianggap melecehkan bukti yang telah ada dan membuat marah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS), oleh karena itu Wiranto dan lima perwira lainnya tersebut masuk dalam daftar tersangka penjahat perang dan dilarang masuk ke Amerika Serikat.
Ketika Presiden BJ Habibie lengser di tahun 1999 dan digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden keempat Indonesia, posisi Wiranto di pemerintahan tetap tak bergeming. Dia dipercaya oleh Presiden Abdurrahman Wahid untuk menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, namun akhirnya dia dinonaktifkan dan mengundurkan diri. Pada 26 Agustus 2003, ia meluncurkan buku otobiografi dengan judul Bersaksi di Tengah Badai. Di tahun 1004, Wiranto memenangi konvensi Partai Golkar atas Ketua Umum Partai Golkar Ir. Akbar Tandjung.
Dengan kemenangan ini, Wiranto kemudian melaju sebagai kandidat presiden pada 2004 bersama pasangannya, Salahuddin Wahid. Pada pemilihan ini, Wiranto gagal melaju karena langkahnya terganjal pada babak pertama setelah menempati urutan ketiga. Di tahun 2006, nama Wiranto kembali meramaikan bursa politik. Dia tampil sebagai ketua umum Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura) yang dia dirikan pada tanggal 21 Desember 2006. Wiranto memperkenalkan partai yang dibentuknya ini di Hotel Kartika Chandra, Jakarta dan dihadiri ribuan orang dari berbagai kalangan.
Mantan presiden Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum Partai Golkar Ir Akbar Tandjung, mantan wakil presiden Try Sutrisno, Ketua Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Ryamizard Ryacudu, mantan menteri perekonomian Kwik Kian Gie, dan tokoh senior Partai Golkar Oetojo Oesman menghadiri peresmian partainya. Deklarasi partai juga dihadiri sejumlah pengurus, yaitu mantan Sekjen Partai Golkar Letnan Jenderal TNI (Purn) Ary Mardjono, mantan Gubernur Jawa Tengah Ismail, mantan menteri pemberdayaan perempuan DR Hj. Tuty Alawiyah AS, dan masih banyak lagi.
Pada 17 Januari 2007, Wiranto bertemu dengan Ketua DPR-RI Agung Laksono di Komplek MPR/DPR, Senayan (Jakarta). Pertemuan ini menjadi langkah awal dalam menyongsong Pemilu Presiden 2009. Pada tanggal 1 Mei 2009, Wiranto bersama Jusuf Kalla mengumumkan pencalonannya sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di mana Jusuf Kalla sebagai capres dan Wiranto sebagai cawapres yang diusung Partai Golkar dan Partai Hanura.
Pasangan ini menjadi pasangan yang pertama mendaftar di KPU dan mendapat nomor urut tiga dan disingkat menjadi JK-WIN. Sayangnya, dalam pemilihan presiden yang dilakukan secara langsung ini, Wiranto kembali gagal meraih kursi kepresidenan. Namun, hasil Musyawarah Nasional I Partai Hanura di bulan Februari 2010, menempatkan Wiranto kembali sebagai Ketua Umum untuk periode 2010-2015.
Pada 2 Juli 2013 Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo resmi mendeklarasikan diri menjadi pasangan capres dengan mengusung slogan 'pasti maju Indonesia'. Kedua pasangan mengklaim modal besar mencalonkan diri adalah pengalaman Wiranto memimpin TNI selama 35 tahun sementara sebagai pengusaha sukses Harry dianggap memahami persoalan ekonomi nasional. Pasangan ini merupakan pasangan capres kedua yang resmi mengumumkan pencalonannya setelah Aburizal Bakrie.
Namun penclaonan tersebut gagal karena perolehan suara Hanura yang kecil. Kini Wiranto berkoalisi dengan kubu Jokowi bersama partainya Hanura. Pada tanggal 24 Juni 2014, Wiranto diperiksa Bawaslu terkait dugaan kampanye hitam yang dilakukannya terhadap Prabowo. Sebelumnya Wiranto melakukan konferensi pers dan menyatakan bahwa Prabowo yang memberikan inisiatif penculikan pada Mei 1998.
Demikian biografi Wiranto, tokoh politik Indonesia.